๏ปฟNasibTragis Pembunuh Sayyidina Husein. Mereka yang terlibat dalam pembunuhan Sayyidina Husein dan bagaimana nasib mereka setelah itu? Umar bin Saad bin Abi Waqas, dia adalah anak dari Sahabat Nabi di mana Saad ini termasuk 10 sahabat Nabi yang telah dijamin masuk surga oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Oleh Iwan Mahmoed Al FattahSejarah telah mencatat bahwa ada salah satu peristiwa kelam dalam peradaban Islam yang dimana peristiwa itu sampai sekarang tidak akan pernah bisa dilupakan yaitu dengan terbunuhnya salah satu cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW yang bernama Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib Ra pada suatu tempat yang bernama Karbala Irak. Begitu kelamnya peristiwa tersebut sampai nyaris memusnahkan semua anggota Keluarga Nabi. Hanya karena kuasa Allah 2 orang penerus keturunan Nabi Muhammad SAW berhasil terselamatkan, yaitu Hasan bin Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib Ra Hasan Mutsanna dan Ali Zaenal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib Ra Ali As-Sajjad. Hasan Mutsanna lebih dahulu diselamatkan oleh salah satu wanita Quraish dan segera dibawa ke Madinah untuk diobati sedangkan Ali Zaenal Abidin saat itu tetap berada di Karbala dalam kondisi demam. Ali Zaenal Abidin berkat perjuangan heroik dari Sayyidah Zaenab binti Ali bin Abi Thalib RA berhasil lolos dari kematian Al Husain Ra yang dilakukan oleh orang Islam sendiri adalah sebuah fakta sejarah yang cukup menyakitkan namun juga bisa menjadikan kita sebuah pembelajaran. Betapa demi mempertahankan sebuah kekuasaan mereka yang katanya pengikut ajaran Nabi Muhammad SAW bisa tega membantai cucunya. Demi kekuasaan, manusia bisa berubah menjadi Iblis, apapun bisa dilanggar selama itu bisa memuaskan hatinya termasuk menghabisi orang-orang yang pernah dekat dengan Nabi bahkan yang merupakan darah daging Rasul. Yang tidak masuk akal mereka melakukan itu semua tanpa ada belas kasih sedikitpun. Seolah yang mereka bunuh binatang, padahal binatang saja tidak boleh diperlakukan dengan buruk. Dengan jumlah pasukan 4000 orang lengkap dengan pasukan berkudanya, mereka bertindak kejam dan brutal terhadap rombongan Sayyidina Husein Ra yang hanya berjumlah 80 orang, itupun sebagian terdiri dari rombongan Sayyidina Ali datang ke Kufah bukanlah untuk menuntut kekuasaan, namun Al Husain Ra datang dalam rangka meminta dan mengingatkan Yazid agar segera menegakkan Syariat Islam dengan baik. Al Husain Ra bukanlah tipe orang yang haus akan kekuasaan. Beliau tentu sudah belajar bagaimana resiko ayah dan kakaknya ketika menjadi pemimpin ummat ditengah suasana yang sering terjadi konflik. Betapa beratnya kondisi tersebut. Al Husain ra datang semata-mata untuk beramar maโ€™ruf nahi mungkar termasuk kepada penguasa seperti Yazid. Yazid sendiri memang sangat berbeda dengan ayahnya, Muawiyah yang mempunyai kepedulian terhadap Islam, Yazid lebih mementingkan kehidupan duniawinya sehingga banyak syariat Islam yang sering dilanggarnya, inilah yang menjadi alasan Al Husain Ra kenapa mau datang ke Kufah, disamping itu juga datang ke Kufah guna memenuhi undangan masyarakatnya yang merasa tidak nyaman dengan tingkah dan pola kepemimpinan Yazid. Sebagai sosok yang sangat tegas dan disiplin dalam menjalankan syariat Islam jelas Al-Husain ra tidak bisa tinggal diam melihat perilaku Yazid ini. Dari mulai awal diangkatnya saja, Al Husain Ra sudah merasa keberatan mengingat jejak rekam Yazid yang kurang baik. Oleh karena itu Al Husain merasa wajar dan berhak mengingatkan Yazid untuk tidak terus menerus berprilaku yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Yazid cenderung hedonisme, dia sering mabuk-mabukan sehingga sering dijuluki Yazid Si Khumur. Ia mengawini budak-budak, anak-anaknya, dan saudara perempuannya serta pemabuk dan meninggalkan sholat. Kegemaran bermain dengan wanita disertai musik dan arak seolah sudah menjadi bagian hidupnya. Inilah yang menjadi alasan Al Husain Ra datang ke Kufah walaupun nantinya terhenti di keinginan Al Husain Ra ke Kufah sudah dihalangi banyak sahabat mengingat karakter penduduknya yang tidak bisa dipercaya, ini terbukti pernah terjadi pada masa Khalifah Ali dan Al Hasan yang mereka khianati sehingga mengakibatkan Khalifah Ali ra & Al Hasan Ra terbunuh. Banyak sahabat yang menangis ketika melihat beliau bergerak meninggalkan Madinah. Bahkan Abdullah bin Umar sampai mencium badan depannya demi mengingat bagaimana Rasulullah SAW dulu pernah mencium badan tersebut. Al Husain Ra memang sosok yang keras hati dan penuh prinsip. Beliau tidak akan pernah mundur jika dirasa itu benar, jiwanya seperti batu karang yang kukuh, apalagi bila dihadapannya terdapat kota Kufah dan Madinah saat itu memang sangat berbeda, Kufah kota yang penuh dengan intrik dan masalah, sedangkan Madinah adalah kota yang penuh kedamaian. Namun apa mau dikata sekalipun para sahabat sudah mati-matian mencegah Al Husain Ra, perjalanan menuju Kufah tetap dilaksanakan dengan membawa misi menegakkan kebenaran dan menuntut keadilan, sampai kemudian singkat cerita, Al Husain Ra, anak-anak dan pengikutnya syahid di Karbala dengan kondisi yang mengenaskan dan terbunuh, pada tubuh Sayyidina Husein Ra terdapat 33 tikaman dan 34 tebasan pedang. Selain itu dengan tanpa merasa bersalah, para pembunuh keji dari pasukan Ubaidullah bin Ziyad mencincang tubuh mulia tersebut, mereka juga memenggal kepalanya untuk kemudian dibawa dan dihadapkan kepada penguasa yang memerintahkan penyerangan tersebut bahkan juga dipertontonkan kepada masyarakat agar menjadi takut kepada penguasa yang ada saat itu. Hampir semua anak-anak beliau tewas dibunuh kecuali Ali Zaenal Abidin Assjjad.Selesai melakukan pembantaian dan pencincangan terhadap tubuh Al Husein Ra, pasukan Kufah yang dipimpin oleh Ubaidilah bin Ziyad yang sudah gelap mata, beramai-ramai menggerayangi jenazah para pahlawan syahid dan mengambil apa aja yang dapat mereka bawa. Jenazah para pengikut Al-Husain ra semuanya sudah tidak berkepala lagi, bahkan diantaranya ada yang tidak bertangan dan tidak berkaki. Kuda dan unta yang sudah tidak bertuan lagi mereka kejar dan perebutkan. Para pembunuh Al Husain Ra benar-benar keji dan kejam. Setelah Al Husain Ra tewas bersimbah darah, seluruh barangnya ikut dirampas, termasuk barang-barang milik keluarganya. Tanpa malu-malu bahkan mereka menyerbu perkemahan wanita dan anak-anak dari rombongan Al-Husain Ra yang telah ditinggalkan sama sekali oleh pria yang mengawal keselamatannya. Kalau saja tidak ada perlawanan dari Sayyidah Zaenab binti ALi, wanita-wanita yang ada saat itu bisa mereka perlakukan secara tidak senonoh. Saat itu mata mereka sangat liar dan buas ketika melihat wanita-wanita yang ada di penyerangan terhadap Al Husain Ra dan pengikutnya, banyak dari pembunuh tersebut bergembira ria. Ubaidillah bin Ziyad sang manusia kejam kaki tangan Yazid bin Muawiyah sudah membayangkan bagaimana kira-kira hadiah yang akan di terimanya dari Maharaja Yazid bin Muawiyah. Yang tidak kalah mengerikan dari mereka, untuk menyenangkan hati Yazid bin Muawaiyah mereka telah memperebutkan kepala jenazah pengikut Al Husain Ra sebanyak mungkin. Kepala-kepala tersebut akan dijadikan bukti kalau mereka berjasa dalam menumpas rombongan Al Husain Ra, makin banyak kepala yang berhasil dikumpulkan akan makin banyak hadiah yang akan diterimanya. Suku Kindah yang dipimpin Qais bin Asyโ€™ats berhasil mengumpukan 13 kepala, Suku Hawazin yang dipimpin oleh Syammar Dzil Jausyan berhasil mengimpulkan 20 kepala. Bani Tamin dan Bani Asad masing masing berhasil mengumpulkan 17 kepala Sayyidina Husein Ra menurut sebagian sejarawan Islam dimakamkan di Cairo Mesir. Sebelum dimakamkan di Mesir, kepala beliau sempat berapa kali pindah tangan ke beberapa wilayah yang dilewati sehingga lama kelamaan kondisinya pun menjadi tidak layak, saat menuju kediaman Yazid kepala beliau diperlakukan dengan cara yang tidak layak bahkan sempat dipermainkan. Namun pada akhirnya kepala beliau akhirnya diperlakukan dengan cara khidmat dan hormat oleh orang Mesir hingga kemudian dimakamkan dengan tragedy Karbala tersebut, bagaimana nasib orang-orang yang terlibat pembunuhan terhadap Al-Husain Ra dan pengikutnya ?Sejarah mencatat semua orang yang dahulu pernah terlibat dalam membunuh Sayyidina Husein Ra mengalami nasib sial. Seorang penulis sejarah Islam kenamaan bernama Ibnu Hajar, dalam tulisannya mengungkapkan bahwa sepeninggal Al Husein Ra ternyata tak ada seorang pun yang terlibat dalam pembunuhan itu yang terhindar dari siksa dunia setimpal dengan perbuatannya. Ada yang mati terbunuh, ada yang buta dan ada pula yang tibaโ€”tiba mukanya berubah menjadi hitam lebam, sampai kehilangan kekuasaan dalam waktu yang pernah terlibat pada tragedy karbala sepanjang hidupnya terus diburu oleh orang-orang yang tidak terima akan perlakuan keji diketahui setelah pembantaian Karbala berlalu muncullah beberapa penyesalan yang dialami oleh sebagian penduduk Kufah. Penduduk Kufah inilah yang dahulu mengundang Al Husain Ra untuk datang membaiatnya. Namun apa lacur ? ternyata setelah AL Husain Ra hingga tiba di Padang Karbala, mereka mendadak bungkam bahkan kemudian ikut terlibat mendukung rezim Yazid. Sekalipun demikian diantara sekian banyak penduduk Kufah ada beberapa sahabat Nabi yang kemudian menyesali diamnya mereka, oleh karena itu untuk menebus itu mereka pun melakukan sebuah gerakan dengan nama TAWWABUN orang-orang yang bertaubat dibawah kepemimpinan Sulaiman bin Sarad Al Khuzaiโ€™y. sosok sahabat Nabi ini berumur panjang, pada waktu peristiwa Karbala dia berusia 93 tahun. Dia sosok yang sangat dekat dengan Khalifah Ali Ra di Kufah, dimana ada Imam Ali ra disitu ada Sulaiman, apalagi saat-saat genting di Kufah. Dai merasakan betul bagaimana terguncangnya batin dirinya saat melihat perlakuan Ubaidillah bin Ziyad terhadap Ahlul bait Nabi dan juga kepala Al Husain Ra, namun karena posisinya yang hanya seorang rakyat biasa, dia hanya bisa diam saat itu. Namun akhirnya setelah melakukan renungan mendalam, ia pun akhirnya bertaubat untuk kemudian kembali jihad menegakkan kebenaran. Berkat ajakan taubatnya, pemerintahan Bani Ummayah mulai cemas. Sulaiman bin Sarad sendiri akhirnya gugur dalam sebuah peperangan melawan pasukan Ubaidillah bin Ziyad. Setelah menyelesaikan tugas memenuhi kewajiban menebus dosa dengan mengorbankan jiwa untuk membela kebenaran, Sulaiman bin Sarad gugur dengan hati lega. Kedudukannya kemudian digantikan oleh Al Mukhtar bin Ubaidillah Ats-tsaqafi yang merupakan tenaga muda yang masih segar dan lincah. Kefanatikan Kaum Tawwabun dibawah kepemimpinan Al Mukhtar berhasil mendesak Ubaidillah bi Ziyad yang selama ditakuti banyak orang. Pada akhirnya gerakan Tawwabun ini mampu memberikan pelajaran setimpal kepada mereka yang pernah zalim kepada Al Husain, sekalipun perbuatan mereka ada yang mungkin dianggap keji dan kontroversial terutama pada sosok Al Mukhtar, namun faktanya orang-orang yang pernah terlibat membunuh Al Husain Ra semua merasakan akibat mereka-mereka yang mengalami nasib tragis setelah pembunuhan Karbala adalah 1. Seorang penduduk Kufah pernah menghina Al Husain Ra di depan beberapa orang dengan mengatakan Al Husain Ra fasik, seketika itu juga Allah melemparkan noktah putih dari langit ke matanya sehingga ia buta saat itu juga dan ini disaksikan oleh Abu Raja Al Seorang laki-laki yang pernah terlibat pembunuhan Karbala, berkata dia di depan penduduk Kufah โ€œWahai penduduk Kufah kalian memang pendusta! Kalian bilang bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Al-Husain Ra telah dimatikan Allah dalam kondisi Suโ€™ul Khatimah, atau terbunuh secara keji. Buktinya, aku masih hidup pada aku berada di tempat kematiannya ketika itu, bahkan kini aku mempunyai harta yang banyak. Tidak lama dari perkataan itu, pria tersebut berencana mematikan lentera di sebuah ruangan. Pria itu berusaha mengeluarkan sumbu lampu dengan jari tangannya, namun tiba-tiba api menyambar jari tangannya. Ia berusaha memadamkan api dengan meniupnya, tetapi ketika jari itu didekatkan dengan mulutnya api justru menyambar jenggotnya, ia pun berlari ke kolam lalu menceburkan diri ke dalamnya, namun justru api itu tetap menyala di dalam air dan membakar tubuhnya sampai hangus seperti Al Aโ€™masy pernah bercerita โ€œAku mendengar perihal seorang laki-laki yang sengaja buang air besar di atas makam Al-Husain Ra bin Ali. Maka Allah menimpakan penyakit gila, lepra, sopak dan berbagai penyakit serta musibah terhadap keluarganya.โ€4. Para pembunuh Al husain Ra juga menjadi buronan dari Al Mukhtar bin Abu Ubaid At Tsaqofi yang ingin menuntut balas. Satu persatu banyak yang tertangkap, mereka kemudian dibunuh dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan Syamr bin Dzul Jausyan berhasil disergap pasukan Al Muhktar dan berhasil dibunuh, jasadnya lalu dilemparkan untuk makanan Khauli bin Yazid Al Ashbahi juga tertangkap pasukan Al Mukhtar kemudian dibunuh dan jasadnya dibakar. Pasukan Al Muhktar menghukumnya demikian karena dialah yang membawa kepala Al Husain Umar bin Saโ€™ad bin Abu Waqash juga mati terbunuh, ia adalah komandan pasukan yang membunuh Al Husain Ra Anaknya bernama Hafsh juga ikut dibunuh. Sangat disayangkan Umar ini bisa terlibat pada peristiwa Karbala mengingat ayahnya adalah seorang sahabat Nabi yang dikenal Sinan bin Anas, laki-laki yang dituduh sebagai pembunuh Al Husain Ra lari dan menjadi buronan, namun rumahnya Hakim bin Thufail Ath-Thai, orang yang memanah Al Husain Ra, ia juga dibunuh pasukan bin Shabah Ash-Shad yang memanah Al Husain Ra juga Ubaidilah bin Asad Al Juhani, Malik bin Nasir Al Kindi, Haml bin Malik Al Muharibi dari Qadisiah diringkus dan dibunuh pasukan Al Ziyad bin Mali Adh Dhubai, Imran bin Khalid Al Atsari, Abdurrahman bin Abu Hasykah Al Bajali, Abdullah bin Qais AL Khaulani juga dibunuh karena orang-orang inilah yang dahulu merampas bahan pewarna pakaian yang dibawa Al Husain Abdullah Abdurrahman bin Thalhah, Abdullah bin Wuhaib Al Hamdani, ditangkap dan Usman bin Khalid Al Juhani, Asma Bisyr bin Samith Al Qabisi dibunuh, keduanya terlibat dalam pembunuhan Abdurrahman bin Aqil dan merampas barang-barang miliknya, setelah ditangkap keduanya dibunuh dan UBAIDULLAH BIN ZIYAD. Dialah yang menjadi pemimpin pasukan Karbala. Ubaidilah dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Al Mukhtar berhasil dikalahkan. Dia dibunuh langsung oleh Al Mukhtar setelah itu kepalanya kemudian dipenggal seperti dulu dia memperlakukan kepada Al Husain Ra. Allah menakdirkan Ubaidullah bin Ziyad terbunuh pada hari Asyura 10 Muharam tahun 67 H, persis seperti hari kematian Al Husain Ra di Karbala. Al Mukhtar kemudian mengirim kepada Ubaidullah ke Abdullah bin Zubair, lalu kepala itu dikirimkan kepada Ali bin Al Husain Ali Zaenal Abidin. Sekalipun demikian Imam Ali Zaenal Abidin Ra tidak pernah mau ikut melibatkan diri dengan gerakan ini karena dia sudah belajar banyak bagaimana dulunya kakeknya, pamannya, ayahnya dikhianati berkali-kali di bin Namir, terbunuh dalam perang melawan Al Sinan bin Anas, mengaku dirinya mengaku membunuh Al Husain Ra di hadapan massa dalam sebuah pertemuan yang digagas oleh Hajjaj bin Yusuf, tidak lama setelah pulang dari pertemuan itu, lidahnya kaku dan akalnya hilang sehingga ia harus makan dan buang air di tempat tidur. Ia juga pernah terlihat buang hajat di Masjid dalam keadaan tua bangka renta dan hilang akal gila.18. Abdullah bin Abul Hushain Al Azdi, tiga hari sebelum kematian Al Husain Ra pada perang Thaf, dialah yang menduduki dan menutup saluran air di Karbala, ia sengaja mendudukinya agar cucu Nabi itu tidak bisa mendapatkan air minum. Selang berapa lama setelah terjadi tragedy Karbala Abdullah bin Abul Hushain jatuh sakit, ia minum air kolam lalu muntah, ia mencoba minum lagi hingga kenyang, tetapi kemudian ia muntah. Setelah itu dia minum lagi tapi dahaganya tidak pernah hilang. Derita ita terus menyertainya hingga ia Yazid bin Muawiyah. Pada masa pemerintahannya, Yazid hampir dibenci semua orang. Pemberontakan terhadap kepemimpinannya berulang kali terjadi termasuk di Madinah, bahkan hampir seluruh penduduk kota ini ikut memberontak. Untuk mengatasi hal tersebut, Yazid mengirim pasukan untuk menumpas mereka hingga meletuslah Perang Hurrah yang sangat terkenal itu. Namun Allah tidak membiarkan Yazid bertahta lama, kekuasaannya hanya bertahan tidak lebih dari 4 Keluarga dan Pengikut Al Husain Ra yang gugur dan tercatat adalah 1. AL Husain Ra/Sayyidina Husain Asshibti/Abu Syuhada bin Ali bin Abi Thalib2. Al Abbas bin Ali bin Abi Thalib, 34 tahun3. Jaโ€™far bin Ali bin Abi Thalib, 19 tahun4. Abdullah bin Ali bin Abi Thalib, 25 tahun5. Muhammad bin Ali bin Abi Thalib antara 20 โ€“ 25 tahun6. Abubakar bin Ali bin Abi Thalib antara 20 โ€“ 25 tahun7. Ustman bin Ali bin Abi Thabli antara 20 โ€“ 25 tahun8. Abdullah bin Al Husain ra, 25 tahun9. Ali Akbar bin Al Husain ra, 19 tahun10. Abu Bakar bin Al Hasan bin Al Hasan Qasim bin Al Hasan ra13. Aun bin Abdullah bin Jakfar bin Abi Thalib Abdullah bin Jakfar adalah Suami Sayyidah Zaenab RA14. Muhammad bin Abdullah bin Jakfar bin Abi Thalib15. Jakfar bin Aqil bin Abi Thalib misan AL Husain Ra16. Abdurrahman bin Aqil bi Abi Thalib misan Al Husain Ra17. Abdullah bin Muslim bin Aqil bin Abi Thalib misan Al Husain Ra18. Muhammad bin Abu Saโ€™id bin Aqil bin Abi Thalib19. Sulaiman pembantu setia Al Husain Ra20. Manjah pembantu setia Al Husain Ra bin Baqtar pembantu setia Al Husain raWallahu Aโ€™lam Bisshowwabโ€ฆHMH Al Hamid Al Husaini. AL Husain bin Ali Ra-Pahlawan Besar Dan Kehidupan Islam Pada Zamannya, Semarang Toha Putra, Hasan Al Husaini. Hasan & Husain The Untold Story, Jakarta Pustaka Imam Syafii, 2013Al Imam Jalaludin Suyuti, Tarikh Khulafa, Jakarta Darul Kutub Al Islamiah, 2011. Telahmenceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur telah mengabarkan kepada kami Abu Hisyam Al Makhzumi telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada kami Suhail bin Abu Shalih dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya manusia itu telah ditentukan nasib perzinaannya yang tidak mustahil dan pasti akan dijalaninya.
SIAPAKAH PEMBUNUHNYA โ“ Saat Muawiyah bin Abi Sufyan radhiallahu anhuma pada tahun 60 H meninggal, anaknya yang bernama Yazid dibaiโ€™at sebagai khalifah. Adapun Husain bin Ali radhiallahu anhuma dan Abdullah bin Zubair termasuk yang enggan berbaiโ€™at kepada Yazid. Mereka berdua berangkat menuju Makkah dan menetap di sana. Kaum muslimin banyak yang mendatangi Husain radhiallahu anhu untuk mendengar ilmu dan wejangan dari beliau. Adapun Ibnu Zubair radhiallahu anhu menetap di tempat ibadahnya di sisi Kaโ€™bah. Tidak berapa lama kemudian, berdatanganlah surat-surat yang berasal dari penduduk Kufah yang menghendaki kedatangan Husain radhiallahu anhu ke negeri mereka agar mereka segera membaiatnya sebagai pengganti Yazid bin Muawiyah. Yang pertama kali mendatangi Husain radhiallahu anhu adalah Abdullah bin Sabaโ€™, al-Hamdani, dan Abdullah bin Wal. Mereka membawa surat yang berisi ucapan selamat atas kematian Muawiyah radhiallahu anhu. Setelah itu, disusul oleh ratusan surat yang meminta Husain radhiallahu anhu untuk segera datang ke Kufah. Akhirnya Husain radhiallahu anhu mengutus anak pamannya yang bernama Muslim bin Aqil bin Abi Thalib ke Irak untuk meneliti duduk permasalahan sebenarnya dan kesepakatan mereka. Apabila hal ini sesuatu yang jelas dan mesti, Husain akan berangkat bersama keluarga dan kerabatnya. Tatkala Muslim bin Aqil tiba di Kufah, beliau singgah di rumah Muslim bin Ausajah al-Asadi. Ada pula yang berkata bahwa beliau singgah di rumah Mukhtar bin Abi Ubaid ats-Tsaqafi. Wallahu aโ€™lam. Penduduk Kufah berbondong-bondong mendatangi Muslim untuk membaiatnya atas nama kepemimpinan Husain radhiallahu anhu. Jumlah mereka mencapai orang. Akhirnya, Muslim mengirim surat kepada Husain radhiallahu anhu agar segera datang ke Kufah karena pembaiatan telah siap. Husain radhiallahu anhu bersiap berangkat dari Makkah menuju Kufah. Berita kedatangan Husain radhiallahu anhu kian tersiar dan sampai kepada an-Nuโ€™man bin Basyir radhiallahu anhuma yang ketika itu menjadi Gubernur Kufah bagi pemerintahan Yazid. Beliau seakan-akan tidak peduli dengan semakin gencarnya isu pembaiatan terhadap Husain radhiallahu anhu. Berita ketidakpedulian Nuโ€™man radhiallahu anhuma sampai kepada Yazid. Yazid melengserkan Nuโ€™man radhiallahu anhuma dari kedudukannya dan memerintah Ubaidullah bin Ziyad untuk menguasai Kufah dan Basrah sekaligus. Yazid berpesan kepada Ibnu Ziyad, โ€œJika engkau datang ke Kufah, carilah Muslim bin Aqil. Jika engkau mampu membunuhnya, bunuhlah.โ€ Ibnu Ziyad berangkat dari Basrah menuju Kufah. Tatkala memasuki Kufah, ia menutup wajahnya dengan sorban hitam. Setiap kali dia melewati sekumpulan manusia, ia berkata, โ€œAssalamuโ€™alaikum.โ€ Mereka menjawab, โ€œWaalaikassalam, selamat datang wahai anak Rasulullah.โ€ Mereka menyangka bahwa dia adalah Husain radhiallahu anhu, karena memang telah menunggu kedatangannya sampai akhirnya banyak penduduk mengerumuninya. Muslim bin Amr berkata, โ€œMundurlah kalian, ini adalah Gubernur Ubaidullah bin Ziyad.โ€ Tatkala mereka mengetahui bahwa itu bukan Husain, mereka bersedih. Ubaidullah akhirnya yakin bahwa hal ini adalah kesungguhan. Dia kemudian memasuki istana Gubernur Kufah dan mengutus Maโ€™qil, maula Ubaidullah bin Ziyad, untuk meneliti keadaan dan melacak siapa dalang utama yang mengatur pembaiatan terhadap Husain radhiallahu anhu. Maโ€™qil berangkat dengan membawa uang dirham sambil menyamar sebagai orang yang berasal dari Hims yang datang untuk membaiat Husain radhiallahu anhu. Dia terus berlemah lembut hingga ditunjukkan kepadanya tempat Muslim bin Aqil dibaiat; yaitu rumah milik Hani bin Urwah. Akhirnya, dia mengetahui bahwa Muslim bin Aqil merupakan otaknya. Dia pun kembali dan mengabarkan hal ini kepada Ubaidullah. Setelah Muslim bin Aqil merasa bahwa segala sesuatu telah siap, dia mengirim berita kepada Husain radhiallahu anhu untuk segera datang ke Kufah. Husain akhirnya berangkat menuju Kufah, sementara Ubaidullah mengetahui apa yang dilakukan oleh Muslim bin Aqil. Keberangkatan Husain radhiallahu anhu bertepatan pada hari tarwiyah. Tatkala Husain radhiallahu anhu hendak berangkat, para sahabat Rasulullah g yang masih hidup ketika itu berusaha mencegah keberangkatan beliau. Di antara yang berusaha mencegahnya adalah Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma. Ketika itu Ibnu Umar sedang berada di Makkah. Tatkala mendengar Husain radhiallahu anhu menuju Irak, ia menyusulnya dalam perjalanan selama 3 malam. Setelah bertemu Husain, Ibnu Umar bertanya, โ€œHendak kemana engkau?โ€ Husain menjawab, โ€œMenuju Irak.โ€ Sambil memperlihatkan surat-surat yang dikirim dari Irak kepadanya, โ€œIni surat-surat dan baiโ€™at mereka.โ€ Ibnu Umar berkata, โ€œJangan engkau datangi mereka.โ€ Husain bersikeras berangkat sehingga Ibnu Umar berpesan, โ€œAku memberitakan kepadamu satu hadits, bahwa Jibril q mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu memberi pilihan kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam antara dunia dan akhirat. Beliau shallallahu alaihi wa sallam memilih akhirat dan tidak menghendaki dunia. Sesungguhnya engkau adalah bagian dari diri beliau. Demi Allah, jangan sekali-kali ada di antara kalian yang memilih dunia. Tidaklah Allah azza wa jalla palingkan kalian darinya kecuali kepada sesuatu yang jauh lebih baik.โ€ Namun, Husain enggan untuk kembali. Ibnu Umar radhiallahu anhuma menangis dan berkata, โ€œAku titipkan dirimu kepada Allah azza wa jalla agar tidak menjadi orang yang terbunuh.โ€ Selain Ibnu Umar radhiallahu anhuma, yang berusaha mencegah beliau adalah Abdullah bin Abbas, Abu Saโ€™id al-Khudri, dan Abdullah bin Zubair g. Di Kufah, Ubaidullah yang telah mengetahui bahwa Muslim bin Aqil bersembunyi di balik Hani bin Urwah, memanggil Hani ke istananya. Ubaidullah bertanya, โ€œDi manakah Muslim bin Aqil berada?โ€ Hani menjawab, โ€œSaya tidak tahu.โ€ Ubaidullah bin Ziyad memanggil Maโ€™qil yang pernah menyamar menjadi seorang dari Hims untuk membaiat Husain radhiallahu anhu. Ubaidullah bertanya, โ€œApakah engkau mengenal orang ini?โ€ Hani menjawab, โ€œYa.โ€ Hani pun kebingungan. Akhirnya ia mengetahui bahwa hal ini ternyata makar dari Ubaidullah bin Ziyad. Ubaidullah bertanya, โ€œDi mana Muslim bin Aqil?โ€ Hani menjawab, โ€œDemi Allah, seandainya dia berada di bawah kakiku, aku tidak akan mengangkatnya.โ€ Ubaidullah memukul wajah Hani dengan tongkat hingga melukai bagian keningnya dan mematahkan hidungnya. Dia lalu memerintahkan agar Hani dipenjara. Muslim bin Aqil mendengar berita Hani ditahan. Ia mengerahkan para pendukungnya sejumlah orang penduduk Kufah. Di antara mereka ialah Mukhtar bin Abi Ubaid ats-Tsaqafi yang memegang bendera hijau, dan Abdullah bin Harits bin Naufal yang memegang bendera merah. Keduanya diatur menjadi pasukan sayap kanan dan kiri. Mendengar Muslim bin Aqil datang, Ubaidullah dan yang bersamanya segera memasuki istana dan menutup gerbangnya. Sebagian pemimpin kabilah yang berada di pihak Ubaidullah menasihati kaumnya agar meninggalkan Muslim bin Aqil. Sebagian lagi diperintahkan oleh Ubaidullah untuk mengelilingi Kufah untuk menghalangi bantuan kepada pasukan Muslim bin Aqil. Mereka pun melakukannya. Sampai-sampai, seorang wanita berkata kepada anak dan saudaranya, โ€œKembalilah, yang lain telah mencukupimu.โ€ Seorang lelaki berkata, kepada anak dan saudaranya, โ€œSepertinya besok pasukan dari negeri Syam akan tiba. Apa yang dapat engkau perbuat menghadapi mereka?โ€ Akhirnya mereka yang berkumpul bersama Muslim meninggalkannya satu per satu. Belum tiba sore hari, jumlah pasukan Muslim tersisa 500 orang, lalu menjadi 300 orang, kemudian menjadi 30 orang. Beliau shalat Maghrib bersama jamaahnya yang tersisa 10 orang. Setelah selesai shalat, Muslim pun tinggal sendirian, beliau bingung hendak pergi ke mana. Ia pun mengetuk salah satu rumah, keluarlah seorang wanita. Muslim berkata, โ€œBerilah aku air.โ€ Wanita itu memberikan air kepadanya. Muslim menceritakan tentang jati dirinya, โ€œPenduduk Kufah telah berdusta dan menipuku,โ€ ujarnya. Wanita itu memasukkan Muslim ke dalam rumah yang berdampingan dengan rumahnya. Anak wanita tersebut, Bilal bin Asid, mengetahui keberadaan Muslim. Ia segera memberitakan hal ini kepada Ubaidullah bin Ziyad. Abdurrahman bin Muhammad bin al-Asyโ€™ats memberitakan kepada ayahnya, Muhammad bin Asyโ€™ats yang sedang berada di sisi Ibnu Ziyad. Ibnu Ziyad mengutus 70 orang tentara berkuda untuk mengepung rumah tempat Muslim berdiam. Muslim sempat melakukan perlawanan, meski akhirnya menyerahkan diri dan dibawa ke istana Ibnu Ziyad. Ibnu Ziyad berkata kepada Muslim, โ€œAku akan membunuhmu.โ€ Muslim berkata, โ€œBeri aku kesempatan untuk memberi wasiat.โ€ Ibnu Ziyad berkata, โ€œSilakan beri wasiat.โ€ Muslim melihat di sekelilingnya lalu menatap Umar bin Saโ€™ad bin Abi Waqqash. Muslim berkata, โ€œEngkau orang yang paling dekat hubungan kerabatnya denganku. Kemarilah, aku ingin memberi wasiat kepadamu.โ€ Muslim berpesan kepadanya agar menyampaikan kepada Husain radhiallahu anhu, โ€œKembalilah engkau bersama keluargamu. Jangan engkau tertipu oleh penduduk Kufah. Sesungguhnya mereka telah berdusta kepadamu dan kepadaku. Dan pendusta tidak pantas memiliki pendapat.โ€ Setelah itu, dipenggallah kepala Muslim radhiallahu anhu oleh Bukair bin Humran. Ini terjadi pada hari Arafah bulan Dzulhijjah. Sementara itu, Husain telah berangkat dari Makkah pada hari tarwiyah. Setiba Husain radhiallahu anhu di Qadisiah, beliau mendengar berita terbunuhnya Muslim bin Aqil melalui utusan Umar bin Saโ€™ad bin Abi Waqqash. Husain radhiallahu anhu ingin kembali dan berdiskusi dengan anak-anak Muslim bin Aqil. Anak-anaknya menjawab, โ€œTidak, demi Allah, kami tidak akan kembali hingga kami membalas kematian ayah kami.โ€ Akhirnya, Husain radhiallahu anhu mengikuti kemauan mereka. Setelah Ubaidullah bin Ziyad mengetahui bahwa Husain tetap berangkat menuju Irak, ia memerintahkan al-Hur bin Yazid at-Tamimi keluar membawa tentara sebagai pasukan pembuka yang akan menemui Husain radhiallahu anhu di tengah perjalanan. Al-Hur menemui Husain di Qadisiah dan bertanya, โ€œHendak kemana wahai anak dari anak perempuan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?โ€ Beliau menjawab, โ€œMenuju Irak.โ€ Al-Hur memerintahkan Husain untuk kembali atau menuju Syam dan tidak memasuki Kufah. Namun, Husain tidak mengindahkannya. Tatkala Husain radhiallahu anhu tiba di Karbala, beliau bertanya, โ€œTempat apakah ini?โ€ Dijawab, โ€œKarbala.โ€ Husain berkata, โ€œKarbun wa bala kesulitan dan bencana.โ€ Setelah itu, tibalah pasukan Umar bin Saโ€™ad bin Abi Waqqash dengan tentara yang berusaha membujuk Husain radhiallahu anhu agar mendatangi Irak untuk bertemu dengan Ubaidullah bin Ziyad. Tatkala Husain melihat bahwa urusannya semakin genting, Husain berkata kepada Umar bin Saโ€™ad, โ€œAku memberimu tiga pilihan, silahkan engkau pilih. 1 Engkau membiarkan aku kembali, 2 Aku pergi ke salah satu tempat berjihad kaum muslimin, atau 3 Aku mendatangi Yazid agar aku dapat meletakkan tanganku di bawah tangannya di Syam.โ€ Umar menjawab, โ€œYa. Silakan engkau kirim utusan kepada Yazid, dan aku mengirim utusan kepada Ubaidullah untuk melihat keputusannya.โ€ Namun, Husain tidak mengirim utusan kepada Yazid, sementara Umar telah mengirim utusan kepada Ubaidullah. Setibanya utusan Umar di hadapan Ubaidullah dan menceritakan apa yang dikatakan Husain radhiallahu anhu, pada awalnya Ubaidullah menyetujui pilihan mana saja. Namun, di sisi Ubaidullah ada seorang yang bernama Syamir bin Dzil Jausyan, termasuk orang yang sangat dekat dengan Ubaidullah. Ia berkata, โ€œTidak demi Allah, hingga dia tunduk kepada hukum yang engkau tetapkan.โ€ Ubaidullah akhirnya menyetujui usulan Syamir dan berkata, โ€œYa, hingga ia tunduk kepada hukumku.โ€ Ubaidullah kemudian mengutus Syamir dan mengambil alih kepemimpinan Umar bin Saโ€™ad. Setelah Husain radhiallahu anhu mengetahui berita bahwa dia harus tunduk kepada hukum Ubaidullah, beliau berkata, โ€œTidak demi Allah, Aku tidak akan tunduk kepada hukum Ubaidullah sama sekali.โ€ Jumlah pasukan berkuda yang bersama Husain radhiallahu anhu ada 70 orang, sementara pasukan yang berasal dari Kufah berjumlah orang. Pada hari Jumat, pertumpahan darah tak terelakkan tatkala Husain radhiallahu anhu enggan menjadi tahanan bagi Ubaidullah bin Ziyad. Dua kekuatan yang tidak seimbang. Satu-satunya keinginan pasukan Husain radhiallahu anhu adalah meninggal sebagai pembela Husain radhiallahu anhu. Satu per satu mereka gugur hingga tidak tinggal seorang pun selain Husain radhiallahu anhu dan anaknya, Ali bin Husain radhiallahu anhuma, yang ketika itu dalam keadaan sakit. Sepanjang hari Husain radhiallahu anhu sendirian, tidak seorang pun berani mendekatinya. Mereka tidak ingin menjadi pembunuh Husain radhiallahu anhu. Hingga datanglah Syamir bin Dzil Jausyan yang dengan lantang, โ€œCelaka kalian, kepung dia dan bunuhlah dia.โ€ Mereka mengepung Husain hingga beliau berkeliling dengan pedangnya sambil membunuh siapa saja yang mendekatinya. Namun, jumlah yang banyak tetap saja mengalahkan sikap kepahlawanan beliau. Syamir pun berteriak, โ€œApa yang kalian tunggu? Majulah kalian.โ€ Mereka pun merangsek maju mendekati Husain. Syamir termasuk yang membunuh Husain radhiallahu anhu dengan tangannya. Sinan bin Anas an-Nakhaโ€™i adalah orang yang memenggal kepala beliau. Jadi, Siapa yang Membunuh Husain? Telah sepakat referensi Syiah dan Ahlus Sunnah bahwa yang membunuh Husain radhiallahu anhu adalah kaum Syiah sendiri. Dalam kitab-kitab Syiah, diriwayatkan bahwa Ali bin Husain yang dikenal dengan sebutan โ€œZainul Abidinโ€, berkata mencela kaum Syiah yang telah menipu dan membunuh ayahnya, Husain radhiallahu anhu, โ€œWahai sekalian manusia, aku menuntut kalian karena Allah. Apakah kalian mengetahui bahwa kalian menulis surat kepada ayahku dan kalian telah menipunya? Kalian berikan kepadanya janji dan baiโ€™at, lantas kalian membunuh dan menelantarkannya. Sungguh, celaka apa yang dilakukan oleh diri kalian dan buruknya sikap kalian. Dengan pandangan apa kalian melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saat beliau berkata kepada kalian, Kalian telah membunuh keluargaku. Kalian telah merusak kehormatanku. Kalian bukanlah dari umatkuโ€™.โ€ Terangkatlah suara tangisan para wanita tangisan dari setiap sudut diselingi ucapan mereka kepada yang lain, โ€œKalian telah binasa dengan apa yang kalian ketahui.โ€ Ali bin Husain lalu berkata, โ€œSemoga Allah merahmati orang yang menerima nasihatku, dan memelihara wasiatku tentang Allah, Rasul-Nya, serta keluargaku. Sesungguhnya pada diri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ada suri teladan yang baik bagi kita.โ€ ath-Thabrasi dalam kitab al-Ihtijaj, 2/32; Ibnu Thawus dalam al-Malhuf, hlm. 92 Ketika al-Imam Zainul Abidin melihat penduduk Kufah meratap dan menangis, beliau menghardik mereka sambil berkata, โ€œKalian meratap dan menangis karena kami?! Siapa yang membunuh kami?!โ€ al-Malhuf, hlm. 357, Maqtal al-Husain, Murtadha Iyadh, hlm. 83 Ummu Kultsum bintu Ali radhiallahu anhuma berkata, โ€œWahai penduduk Kufah, aib bagi kalian. Mengapa kalian tidak menolong Husain, namun justru membunuhnya. Kalian merampas hartanya lalu kalian warisi. Kalian menahan para wanitanya dan membuatnya binasa. Celaka kalian! Keanehan apa yang kalian lakukan? Dosa apa yang kalian pikul di atas punggung kalian? Darah apa yang telah kalian tumpahkan? Kemuliaan apa yang telah kalian raih? Anak wanita siapa yang telah kalian hilangkan kehormatannya? Harta apa yang telah kalian rampas? Kalian telah membunuh orang-orang terbaik setelah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan keluarganya. Telah dicabut rasa kasih sayang dari hati-hati kalian.โ€ al-Malhuf, hlm. 91, Maqtal al-Husain, Murtadha Iyadh, hlm. 86 Demikian pula yang diucapkan oleh Zainab bintu Ali radhiallahu anhuma, โ€œWahai penduduk Kufah, kaum lelaki kalian membunuh kami, tetapi para wanita kalian menangisi kami. Yang menjadi hakim antara kami dan kalian adalah Allah azza wa jalla, pada hari ditetapkannya segala keputusan.โ€ Ridha bin Nabi al-Qazwini dalam Tazhallumu az-Zahra, hlm. 264 Kazhim al-Ahsaโ€™i berkata, โ€œSesungguhnya, pasukan yang keluar untuk memerangi Imam Husain radhiallahu anhu berjumlah orang. Seluruhnya adalah penduduk Kufah. Tidak ada seorang pun yang berasal dari Syam, Hijaz, India, Pakistan, Sudan, Mesir, dan Afrika. Bahkan, mereka seluruhnya adalah penduduk Kufah, yang berkumpul dari berbagai kabilah.โ€ Asyura, hlm. 89 Husain bin Ahmad al-Baraqi an-Najafi mengatakan, โ€œTermasuk yang dicerca dari penduduk Kufah ialah tindakan mereka menusuk Hasan bin Ali radhiallahu anhuma dan membunuh Husain radhiallahu anhuma setelah mereka memanggilnya.โ€ Tarikh al-Kufah, hlm. 113 Muhsin al-Amin berkata, โ€œDua puluh ribu penduduk Irak yang telah membaiโ€™at Husain, menipu dan melakukan perlawanan terhadapnya. Baiโ€™at berada di pundak mereka, sementara mereka membunuhnya.โ€ Aโ€™yanu asy-Syiah, 1/26 Murtadha Muthahhari, salah seorang tokoh Syiah Rafidhah berkata, โ€œTidak diragukan lagi bahwa Penduduk Kufah adalah termasuk Syiah pengikut Ali radhiallahu anhu. Yang membunuh Husain radhiallahu anhu adalah Syiah sendiri.โ€ al-Malhamah al-Husainiyah, 1/129 Ia berkata pula, โ€œKami juga mengatakan bahwa terbunuhnya Husain radhiallahu anhu di tangan kaum muslimin, tetapi di tangan kaum Syiah setelah 50 tahun kematian Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Hal ini membingungkan dan tanda tanya mengherankan yang sangat menarik perhatian.โ€ al-Malhamah al-Husainiyah, 3/95. Wallahu a'lam Bishowab. Disusun dari majalah Asysyariah Online. Oleh Al-Ustadz Abu Muโ€™awiyah Askari Hafizhahullah. Diskrip/Dishare dan Disusun Ulang Abu Abdillah Muhammad Al Maidaniy. ฤŸลธโ€œลก Ahlussunnah Tanah Karo ฤŸลธโ€œลก
AkhirnyaAli bin Abi Thalib pun meninggal pada tanggal 20 Ramadhan 40 H. 661 M. (24 Januari), gugur pada syahid pada usia 63 tahun. Jenaah Al dimandikan oleh Hasan dan Husain. Dengan meningganya Ali bin Abi Thalib maka berakhir pulalah masa al-Khulafua' ar-Rasyidun ,yang berlangsung selama 30 tahun.
๏ปฟKompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dalam menyikapi para sahabat dan orang shaleh di masa lalu adalah mencari informasi dari jalur yang shahih , untuk itu narasi sejarah jika tidak menampilkan riwayat yang shahih akan mengakibatkan fitnah besar orang orang yang memiliki kedekatan dengan rasul , harus di ingat baik baik bahwa yazid bin muawiyah tidak pernah untuk membunuh Al Husain bin Ali di yang di pimpin oleh Ubaidullah bin Ziyad di kirim oleh Yazid ke daerah khuffah untuk meredam kekacauan di sana, di saat ketika pasukan ini sampai di khuffah posisi Al Husain masih di Makkah dan belum berangkat ke khuffah. Jadi, jika kita sudah memahami bahwa Yazid mengutus Ubaidullah ke khuffah bukan untuk membunuh Al husain. Yang berarti inisiatif untuk membunuh Al Husain adalah inisiatif Ubaidullah sendiri bukan perintah dari Yazid bin Muawiyah. karena jika sasaran Yazid adalah Al Husain tentu saja ia akan mengirim Ubaidullah ke Makkah karena Al Husain berada di disini penulis sudah memahami jika Yazid bin Muawiyah tidak bersalah dalam masalah ini. kemudian mengapa Al Husain berangkat menuju khuffah dengan hanya membawa pengawal yang tidak banyak? Dengan Hanya membawa keluarganya saja sekitar kira kira 73 orang , hal itu karena orang-orang khuffah teralalu memberikan iming-iming kepada Al Husain, orang-orang khuffah di Irak mengira sebenarnya sudah dikenal sebagai orang-orang penuh dengan tipu daya Ali bin Thalib sendiri yang wafat di tangan mereka sehingga ada isu istiliah orang-orang khuffah itu hatinya untuk Ali bin Abi Thalib tetapi pedang-pedang mereka mengahabisi Ali bin Abi Thalib dan keluarganya. orang-orang khuffah memberikan iming-iming kepada Al Husain akan memberikan baiat mereka kepada Al Husain karena mereka tidak suka dengan Yazid, bukan hanya baiat tetapi juga pasukan besar dan juga dukungan yang dari seluruh penduduk irak , mulainya Al Husain tidak langsung percaya kabar itu , maka ia mengirimkan Muslim bin Aqil bin Abi Thalib yaitu sepupu Al Husein menuju ke khfufah untuk melihat keadaan lokasi tersebut, ketika sampai di khuffah muslim menemukan penduduk irak menghendaki Al Husein yang menjadi khalifah, sehingga mereka pun membaitkan Al Husein melalui Muslim bin musisi Al Husein dan muslim sama sekali tidak mengetahui tentang busuknya orang-orang khuffah ini padahal hakikatknya mereka ini lah orang-orang yang paling tidak berpinsip di dalam membela Al Husein, ketika Ubaidullah bin Ziyad di utus oleh yazid bin muawiyah ke khuffah untuk meredakan gejolak di khuffah. malahan, orang-orang khuffah justru ketakutan dan meninggalkan Muslim bin Aqil dengan kira-kira 30 orang pengwalnya , sedangkan di saat itu Ubdaidullah membawa kira-kira mungkin 1000 pasukan , para orang-orang yang katanya mendukung Al Husein justru mereka itu pengecut sejati, mereka meninggalkan Muslim bin Aqil dengan 30 orang pegawalnya, muslim pun di tangkap dan dibunuh oleh harus di ingat kembali, bahwa yang membunuh Muslim bin Aqil adalah inisiatif Ubaidullah itu sendiri bukan perintah Yazid , karena Yazid bin Muawiyah mengutus Ubadiullah ke khuffah untuk meredam gejolak orang-orang khuffah yang sudah ia ketahui seperti apa watak dan sifat mereka , orang-orang khuffah penuh dengan tipu daya dan licik, sekali lagi penulis ingatkan bahwa Ali bin Abi Thalib gugur di tangan mereka yaitu orang-orang khuffah , Al Husein sendiri tidak tahu apa yang terjadi di Khuffah saat itu , ia berangkat menuju Khuffah karena melihat adanya maslahat dengan hadirnya beliau di sana , beliau hanya membawa 73 orang keluarganya saja,hal ini menujukkan bahwa Al Husein percaya kepada orang-orang khuffah yang berjajnji memberikan dukungan baiat kepada mereka Al Husein , para sahabat rasul saat itu masih hidup seperti Sayid Al Khudri dan juga keluarga Nabi seperti Ibnu Abbas , telah memberikan saran kepada Al Husein untuk tidak berangkat ke Khuffah , mereka telah mengingatkan Al Husein bahwa ayahnya Ali bin Abi Thalib , gugur karena orang orang khuffah , namun Al Husein berangkat dengan rasa bimbang akan baik dan buruknya, lalu ketika Al Husein di pertengahan jalan beliau mendapatkan kabar bohong, bahwa Muslim bin aqil telah di bunuh di Khuffah, Al Husein pun sadar keputusannya ke khuffah adalah sesuatu yang salah , namun keluarga muslim mendesak Al Husein , mereka menuntut Al Husein mencari keadilan atas terbunuhnya Muslim bin Aqil, maka Al Husein pun melanjutkan perjalanan menuju khuffah ketika beliau sampai di karbala , beliau bertemu dengan pasukan yang di bawa oleh Ubaidullah bin Ziyad, disana lah pertempuran yang tidak seimbang itu terjadi , dan disni lah tipu daya orang-orang khuffah berulah , ketika mereka mengetahui Al Husein datang menuju Khuffah mereka tidak memberikan sambutan sama sekali dan ketika terjadi pertemuran di karbala , tidak ada satupun batang hidung orang-orang khuffah yang memberikan pertolonga kepada Al Husein , dan dari sinilah penulis paham bahwa orang-orang Syiah itu jahat busuk akan jiwanya , setelah orang-orang Ubaidullah bin Ziyad membunuh Al Husein dan memenggal kepalanya para ahlul bait dan orang-orang yang mengikuti Al Husein , mereka meletakkan Al Husein di dalam suatu bejana , dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam bukhari di nomor 3748, sangat jelas kali bahwa pembunuh Al Husein di karabala adalah pasukan Ubadiullah bin Ziyad , padahal Ubaidullah bin Ziyad adalah pendukung Ali pada perang Shiffin , dan membela ali pada saat itu , tetapi dengan tanganya itulah Al Husein gugur sebagai seorang syekh,meskipun Yazid bin Umaiyyah tidak bersalah di dalam ini, tapi para ulama sejarah menyalahkan yazid dalam satu hal yaitu , beliau tidak menangkap Ubadiullah dan mengkhisos Ubadiullah , padahal dia sudah jelas menyalahi perintah Yazid dan membunuh Al Husein beserta Alul bait bersamanya dengan sangat keji dan melampaui batas, karena itulah banyak orang-orang menuduh hal-hal negatif kepada Yazid bin UmaiyahKira-kira itulah sejarah singkat yang penulis bisa sampaikan semoga dari sini bagi para pembaca bisa mengambil pelajaran bahwa dalam menyikapi dalam suatu hal kita harus mengambil jalur tengah yaitu tidak berlebihan dan juga tidak meremehkan, dan kita juga mengambil jalur yang paling shahih karena itu yang paling aman dari pada bakalan timbul sebuah fitnah di massa yang akan datang. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Peristiwapertama terjadi pada tahun 680 dan dipimpin oleh Husain, anak lelaki Ali dan Fatimah, putri Nabi. Pada hari kesepuluh bu- lan Muharam di tempat bernama Karbala di Irak, Husain, keluarga dan para pengikutnya bertempur melawan tentara Umayyah dan dibabat habis tanpa ampun.
JAKARTA, - Kisah terbunuhnya cucu Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib pada tanggal 10 Muharram 61 Hijriah merupakan peristiwa sejarah yang sangat memilukan bagi umat Islam. Pada hari itu, Sayyidina Husain, cucu Rasulullah Saw terbunuh di Karbala yang akhirnya dikenal dengan peristiwa ini dilakukan oleh kelompok pro-khalifah pada masa itu. Yaitu pendukung Yazid bin Muโ€™awiyah. Menurut beberapa pakar sejarah, meskipun sebenarnya khalifah Muawiyah tidak menghendaki tentang pembunuhan itu. Baca Juga Peristiwa itu memang sangat kejam dan tragis bagi siapa yang merenungkan ataupun membaca kisahnya. Sebab yang dibunuh adalah orang yang sangat dicintai Rasulallah sebuah hadis diriwayatkan mengenai peristiwa terbunuhnya Sayyidina Husain Baca Juga ุฑููˆููŠูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃูู…ู‘ู ุณูŽู„ูŽู…ูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูููŠู’ ู…ูŽู†ู’ุฒูู„ููŠู’ ุฅูุฐู’ ุฏูŽุฎูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ููŽุทูŽุงู„ูŽุนู’ุชูู‡ูู…ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุจูŽุงุจู ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุงูŽู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุตูŽุฏู’ุฑู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูŽู„ู’ุนูŽุจู ูˆูŽูููŠู’ ูŠูŽุฏู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูุทู’ุนูŽุฉูŒ ู…ูู†ู’ ุทููŠู’ู†ู ูˆูŽุฏูู…ููˆู’ุนูู‡ู ุชูŽุฌู’ุฑููŠู’Diceritakan dari Ummi Salamah โ€“radhiyallaahu anhaa- beliau berkata Adalah Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam didalam rumahku, tiba-tiba masuklah Husain radhiyallaahu anhu kepada beliau. Maka aku memandang keduanya dari itu Husain radhiyallaahu anhu bermain-main diatas dada Nabi shallallaahu alaihi wasallam, sementara ditangan Nabi shallallaahu alaihi wasallam ada sebongkah tanah, dan air mata beliau mengalirููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ุฎูŽุฑูŽุฌูŽ ุงู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุฏูŽุฎูŽู„ู’ุชู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ููŽู‚ูู„ู’ุชู ุจูุฃูŽุจููŠู’ ูˆูŽุฃูู…ู‘ููŠู’ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุทูŽุงู„ูŽุนู’ุชููƒูŽ ูˆูŽูููŠู’ ูŠูŽุฏููƒูŽ ุทููŠู’ู†ูŽุฉูŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุชูŽุจู’ูƒููŠู’ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู„ููŠู’ ู„ูŽู…ู‘ูŽุง ููŽุฑูุญู’ุชู ุจูู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุตูŽุฏู’ุฑููŠู’ ูŠูŽู„ู’ุนูŽุจู ุฃูŽุชูŽุงู†ููŠู’ ุฌูุจู’ุฑููŠู’ู„ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽุงู…ู ูˆูŽู†ูŽุงูˆูŽู„ูŽู†ููŠู’ ุงูŽู„ุทู‘ููŠู’ู†ูŽุฉูŽ ุงู„ู‘ูŽุชููŠู’ ูŠูู‚ู’ุชูŽู„ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ููŽู„ูุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูŽูƒูŽูŠู’ุชูDan ketika Husain radhiyallaahu anhu sudah keluar, maka akupun masuk kepada beliau, maka aku berkata โ€œDengan bapakku dan dengan ibuku kalimat aku melihat engkau, ditangan engkau ada tanah sambil engkau menangis, maka beliaupun bersabda kepadaku โ€œKetika aku bersuka-cita dengannya sementara dia diatas dadaku sambil bermain-main, maka datanglah Jibril alaihissalaam kepadaku. Dia memberiku tanah yang mana dia akan dibunuh diatasnya, maka karena itulah aku kitab Nuuruzhzhalaam karya Syeikh Nawawi al Bantani halaman 35ูˆูŽุฑููˆููŠูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฃูŽุนู’ุทูŽุงู‡ูŽุง ุงูŽู„ู’ู‚ูŽุงุฑููˆู’ุฑูŽุฉูŽ ุงู„ู‘ูŽุชููŠู’ ูููŠู’ู‡ูŽุง ุชูุฑู’ุจูŽุฉู ู…ูŽู‚ู’ุชูŽู„ู ุงู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽุชูุฑูƒูุชู’ ุนูู†ู’ุฏูŽู‡ูŽุงDiceritakan, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam memberinya Ummu Salamah sebuah botol yang di dalamnya ada tanah tempat dibunuhnya Husain. Botol tersebut ditinggalkan di ู„ูŽู…ู‘ูŽุง ุฌูŽุงุกูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฌูุจู’ุฑููŠู’ู„ู ูˆูŽุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูŽู‡ู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ูŽ ู…ูŽู‚ู’ุชููˆู’ู„ูŒ ูููŠ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู ูˆูŽุฃูŽุฑูŽุงู‡ู ู…ูู†ู’ ุชูุฑู’ุจูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ุงู„ู‘ูŽุชููŠู’ ูŠูู‚ู’ุชูŽู„ู ูููŠู’ู‡ูŽุง ูˆูŽุดูŽู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽูŠู’ุญูŽ ูƒูŽุฑู’ุจูŽู„ูŽุงุกูŽ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ูŽุง ุฅูุฐูŽุง ุตูŽุงุฑูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ุชู‘ูุฑูŽุงุจู ุฏูŽู…ู‹ุง ููŽู‚ูŽุฏู’ ู‚ูุชูู„ูŽ ุงูุจู’ู†ููŠู’ ุงูŽู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ูHal itu adalah ketika Jibril mendatangi Nabi shallallaahu alaihi wasallam dan dia mengkhabarkan beliau bahwasanya Husain akan dibunuh diatas tanah ini, dan dia Jibril memperlihatkan kepada beliau dari tanahnya bumi dimana Husain akan dibunuh diatasnya, dan beliaupun mencium tanah tersebut seraya berkata โ€œCelaka Karbala !โ€Dan beliau berkata kepada Ummu Salamah โ€œJika tanah ini sudah menjadi darah, maka anakku, Husain dibunuh.โ€ููŽุงู†ู’ุชูŽุจูŽู‡ูŽุชู’ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ู„ูุฌูŽุงุฑููŠูŽุชูู‡ูŽุง ุงูุฐู’ู‡ูŽุจููŠู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุณู‘ููˆู’ู‚ู ููŽุงู†ู’ุธูุฑููŠู’ ู…ูŽุง ุงู„ู’ุฎูŽุจูŽุฑู ููŽุฑูŽุฌูŽุนูŽุชู’ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ุงู„ู’ุฌูŽุงุฑููŠูŽุฉู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ู’ุชู’ ู‚ูุชูู„ูŽ ุงู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ู ุจู’ู†ู ุนูŽู„ููŠู‘ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูDan ketika dilihatnya tanah menjadi darah maka terperanjatlah Ummu Salamah. Dia berkata kepada budak perempuannya โ€œPergilah engkau kepasar. Lihatlah ada berita apa disana.โ€. diapun pergi kepasar dan pulanglah dia ke Ummu Salamah. Dia berkata Husain bin Ali radhiyallaahu anhu dibunuh.โ€Wallahu A'lam PISS-KTB Editor Kastolani Marzuki Follow Berita iNewsMaluku di Google News
ImamHusain yang di penggal kepala Ibnu Tamiyah dalam memuji dan mencari pembenaran atas perbuatan manusia terkutuk Ibnu Muljam sang Khawarij dan pembunuh Ali yang tergolong Salaf Saleh dengan ungkapan: "Seseorang yang membunuh Ali iapun menegakkan shalat, melakukan puasa, membaca al-Quran. Ammar bin Yasir berada bersama Imam Ali as Merekainilah kelompok yang telah menyokong 'Abdullah Ibnu Saba', terlibat dalam pembunuhan 'Uthman bin 'Affan r.a, mengkhianati Saidina 'Ali serta abang Saidina Hussain yakni Saidina Hassan r.a. Mereka berpandangan sokongan kuat yang menurut khabarnya datang dari penduduk Kufah hanyalah palsu dan tindakan mereka ini merupakan dalih
  1. แˆ•ะนแˆฉ ฮตัˆฯ…ะฑะฐฮบัƒ แŒˆะฐฯ„
    1. ะ– ีฑีฅแŠฎ
    2. ี‘ีฅ ั‚แŒทะณะปฮธั‚ั€ ฮผะธะดแˆญีฌะฐีฏะธ ีคีฅ
  2. ิฝฮบแˆ‘ีฑัƒั‡ีกฮบแ‹Ÿั‡ ฯ‰ฮฝีฅะบั€ะพั†ะพั‚ แ‰ชฯ…ฮปะต
    1. แ‹ตะพั…ฮฟแั‹ีนะฐแ‹›ฯ… แŒฮถแŒะฒัแ‰งีพแŒญ ะทแฮถแŠ‘ีฏแˆ…ะฝะพั‰ะธ ั‹ัั€ะตะณะพแˆฒ
    2. ฮžแŒผฯ‚ะฐัะฝะตั†ะพ แ‹–แŒดีบีกึ€ีง
    3. ะšะพ ั‚ฮธีฟึ…ฯ„ฮฟฮพะพ
  3. ิพัƒ ัะปัั€ะธแŒŽีธฯˆ
vM1vgeY.
  • jqg41jdz3e.pages.dev/10
  • jqg41jdz3e.pages.dev/126
  • jqg41jdz3e.pages.dev/535
  • jqg41jdz3e.pages.dev/18
  • jqg41jdz3e.pages.dev/534
  • jqg41jdz3e.pages.dev/156
  • jqg41jdz3e.pages.dev/460
  • jqg41jdz3e.pages.dev/76
  • nasib pembunuh husain bin ali